tag:blogger.com,1999:blog-17237251323661994082024-02-20T07:23:22.967-08:00makalah sastra indonesiakisbulhttp://www.blogger.com/profile/05581025036418160361noreply@blogger.comBlogger4125tag:blogger.com,1999:blog-1723725132366199408.post-53529190470920887902009-11-24T17:59:00.001-08:002009-11-24T18:01:46.484-08:00makalah sastra indonesiaMODALITAS<br />DALAM BAHASA SIMALUNGUN[1]<br />Dra.Anita Purba.M.Hum[2]<br /><br />Abstrak<br />Modalitas ialah sikap pembicara yang dinyatakan secara gramatikal, bukan secara leksikal terhadap apa yang dikemukakan dalam tuturannya. Perbedaan pemaparan tentang modalitas dalam berbagai bahasa sangat bervariasi. Modalitas dalam bahasa Simalungun banyak dinyatakan dengan kata dan hanya sebagian dinyatakan dengan frasa. Kata-kata atau frasa yang menyatakan modalitas itu disebut penanda modalitas. Penanda modalitas dalam Bahasa Simalungun dikelompokkan menjadi empat yakni : penanda modalitas intensional, penanda modalitas epistemik, penanda modalitas deontik, dan penanda modalitas dinamik. Penegasian pada penanda modalitas dilakukan dengan kata negasi ulang , lang dan seng yang diletakkan di depan penanda modaliats yang bersangkutan.<br />Kata kunci : grammatikal, modalitas.<br /><br /><br />I.Pendahuluan.<br />Bahasa Simalungun adalah bahasa yang dipakai oleh suku Simalungun yang merupakan salah satu subsuku dari suku Batak. Namun ada juga suku lain yang diluar suku Simalungun menggunakan bahasa Simalungun khususnya yang berdomisili di daerah Simalungun ataupun yang melakukan kawin campur dengan suku Simalungun. Secara geografi suku Simalungun terdapat di Provinsi Sumatera Utara, dan pada umumnya mereka berdiam di daerah Kabupaten Simalungun. Namun ada juga yang tinggal di daerah lain seperti Kabupaten Karo, Kabupaten Deliserdang, Kabupaten Serdang Bedagai, Kabupaten Asahan.<br />Penulisan dan penelitian mengenai bahasa Simalungun belum begitu banyak dilakukan dibandingkan dengan pembahasan bahasa subsuku Batak lainnya. Khusus pembahasan bidang Semantik bahasa Simalungun masih jarang ditulis dan kalaupun ada masih sangat sedikit. Pada pembahasan ini akan dicoba dijelaskan tentang Modalitas yang ada ditemukan dalam bahasa Simalungun.<br />Yang dimaksud dengan modalitas ialah sikap pembicara terhadap apa yang dikemukakan dalam tuturannya (Alwi, 1992:5). Sikap itu tidak dinyatakan secara gramatikal, tetapi dinyatakan secara leksikal.<br /><br />Modalitas oleh Saeed (1997:125) dirumuskan sebagai<br />Modality is a cover term for devices which allow speakers to express varying degrees of commitment to, or belief in, a proposisi. John I.Saeed- Semantics. page 125 , thn 1997.<br /><br />‘keseluruhan istilah yang berfungsi sebagai alat bagi pembicara untuk mengungkapkan berbagai jenis tingkatan komitmen atau keyakinannya dalam satu proposisi’.<br /><br />Perbedaan pandangan dan tafsiran terhadap ‘sikap pembicara’ itu terlihat pula pada pemberian istilah, dimana Alwi (1992) membagi hanya dalam satu istilah yaitu modalitas yang terbagi dalam empat kategori yaitu modalitas intensioanal, modalitas epistemik, modalitas deontik dan modalitas dinamis, sedangkan Saeed (1997) membaginya dalam dua pembagian yaitu modalitas dan evidensial.<br /><br />II. Masalah dan Tujuan<br />Masalah.<br />Perbedaan pemaparan oleh para ahli-ahli bahasa tentang modalitas dalam berbagai bahasa sangat bervariasi. Hal ini membuat sulit untuk menentukan yang mana yang sesuai digunakan dalam operasional perumusan modalitas dalam bahasa Simalungun.<br />Setelah melihat data yang tersedia maka dapat diidentifikasi bahwa modalitas bahasa Simalungun berbeda dibandingkan modalitas bahasa daerah lain misalnya modalitas bahasa Jawa yang sudah mempunyai referensinya. Jadi alangkah lebih baik mengikuti langkah Hasan Alwi tentang modalitas bahasa Indonesia yang merupakan Bahasa nasional atau induk dari bahasa –bahasa daerah yang ada di Indonesia termasuk bahasa Simalungun.<br />Hal ini juga terkesan dalam perbendaharaan bahasa daerah yang sebagian bersumber dari bahasa Indonesia .<br />Tujuan<br />Sesuai dengan adanya permasalahan tersebut di atas, maka tulisan ini bertujuan sebagai berikut.<br />1. Mengidentifikasikan kata-kata dan frasa yang digunakan sebagai modalitas dalam bahasa Simalungun.<br />2. Mendiskripsikan modalitas dalam bahasa Simalungun yang ada dalam bentuk kata-kata dan frasa .<br />3. Menjelaskan makna modalitas yang ada dalam bahasa Simalungun.<br /><br />III. Tinjauan Pustaka.<br />Ada banyak buku yang menjelaskan pengertian atau tafsiran tentang modalitas dalam berbagai bahasa. Pada pembahasan ini penulis mengambil pengkategorian modalitas menurut Hasan Alwi yang membagi modalitas mencakup empat subkategori yaitu modalitas Intensinal, modalitas Epistemik, modalitas Deontik dan modalitas Dinamik (hal 22).<br />Kategori modalitas Intensional terdiri dari sub kategori modalitas Keinginan, Harapan, Ajak, Pembiaran, Permintaan, Persilaan, dan Persetujuan.<br />Kategori modalitas Epistemik terdiri dari sub kategori modalitas Kemungkinan, Keteramalan, Keharusan, Kepastian .<br />Kategori modalitas Deontik terdiri dari sub kategori modalitas Izin, dan Perintah.<br />Kategori modalitas Dinamik hanya terdiri dari sub kategori modalitas Kemampuan<br /><br />IV. Metodologi<br />Pembahasan ini menggunakan data bahasa Simalungun yang diambil dari beberapa sumber secara lisan dan tulisan. Sumber tertulis berasal dari pemberian angket kepada beberapa informan dengan ciri sebagai berikut : adalah mahasiswa suku Simalungun, tinggal di Kabupaten Simalungun, dan dalam kesehariannya menggunakan bahasa Simalungun.<br />Adapun bentuk angket tersebut yaitu daftar yang terdiri dari kalimat yang memakai modalitas bahasa Inggris dan modalitas bahasa Indonesia. Kemudian para informan dianjurkan mencari padanan modalitas tersebut dalam bahasa Simalungun.<br />Untuk melihat ada tidaknya modalitas penulis juga membaca data tulisan yaitu buku ’Folklore Simalungun’ kemudian menandai atau mencurigainya, dan menuliskannya dalam daftar dan kemudian menentukan apakah data tersebut modalitas atau tidak dengan melihat ciri-cirinya. Sementara itu, penulis juga sebagai penutur asli bahasa Simalungun yang bertindak menjadi narasumber juga.<br />Namun, data yang didapat secara lisan dan tulisan dianggap sebagai data sementara yang masih perlu dicari kebenarannya dengan bertanya kepada beberapa informan atau melalui pengamatan langsung.<br />Selanjutnya setelah diyakini bahwa data tersebut adalah modalitas maka diklasifikasikanlah menurut jenis kategori modalitasnya dan setiap kategori diklasifikasikan lebih lanjut menurut subkategorinya. Pengungkapan yang dipakai hanya merupakan pengungkapan dalam kalimat.<br /><br />V. Hasil dan Pembahasan.<br />1.Modalitas Intensional<br />Modalitas Intensional adalah bahasa yang digunakan pembicara untuk menyatakan sikapnya terhadap peristiwa nonaktual yang diungkapkannya. Modalitas seperti ini juga ada dalam bahasa Simalumgun, misalnya jika seseorang ingin menyatakan keinginnannya maka pembicara memakai modalitas. Seperti dapat dilihat dalm contoh berikut.<br />Au marosuh mangan gule. ‘Aku ingin makan gulai’.<br />Dengan mendengar keinginan itu, pendengar atau teman bicara terdorong untuk mengaktualisasikan apa yang diungkapkan pembicara, misalnya dengan memberikan apa yang diinginkan pembicara. Penanda modalitas ’keinginanan’ dalam bahasa Simalungun ialah kata marosuh dan masihol yang bermakna ’ingin’.<br /><br />1.1 Keinginan<br />Penanda modalitas ’keinginan’ dalam bahasa Simalungun ialah kata verba marosuh dan masihol ’ingin’.<br />Au marosuh ham mandodingkon ai<br />Au masihol ham mandodingkon ai<br />Aku ingin kamu yang menyanyikannya.<br />Posisi verba marosuh dan masihol juga lazim ditempatkan di awal kalimat sebelum subjek.<br />Marosuh au ham mandodingkon ai<br />Masihol au ham mandodinkon ai.<br />Ingin aku kamu yang menyanyikannya<br />Kata marosuh dan masihol yang berfungsi menunjukkan keinginan sering diikuti kata uhur ’hati’ atau ’perasaan hati’ yang membentuk frasa. Posisi kata-kata tersebut juga bisa saling bergantian. <br />Marosuh uhurhu ham mandodingkon ai<br />Masihol uhurhu ham mandodingkon ai<br />Ingin hatiku kamu yang menyanyikannya.<br />Uhurhu marosuh ham mandodingkon ai.<br />Uhurhu masihol ham mandodingkon ai<br />Hatiku ingin kamu yang menyanyikannya.<br />Kata /frasa uhur atau nini uhurhu bisa juga berdiri sendiri tanpa ada kata marosuh atau masihol yang berfungsi menyatakan keinginan.<br />Uhurmu ham ma mandodingkan ai<br />Hatiku mau kamu yang menyanyikannya<br />Piga dokah nini uhurmi au mangkorjahon ai<br />Berapa lama keinginanmu aku mengerjakan itu.<br />Kata marosuh dan masihol ’menginginkan’ dapat juga disingkat dengan kata rosuh dan sihol ’ingin’adalah kata yang menjelaskan suasana hati sepert contoh ini<br />Rosuh do uhur hu ham mandodingkon ai<br />Sihol do uhur hu ham mandodingkon ai<br />Uhurhu namin ham ma mandodingkon ai<br />Ingin hatiku kamu yang menyanyikannya.<br />Pemberian suffik -an untuk kata rosuh dan sihol dapat digunakan untuk mengungkapkan keinginan yaitu rosuhan dan siholan yang bermakan ’lebih ingin’. Hal ini dapat dilihat dalm contoh berikut.<br />Rosuhan do uhur hu ham mandodingkon ai<br />Siholan do uhur hu ham mandodingkon ai.<br />Aku lebih ingin kamu yang menyanyikannya.<br />Bagian tuturan yang dikenai negasi adalah kata/frasa yang menyatakan modalitas. Penegasian kata-kata itu ialah dengan kata seng, lang ’tidak’. Lang dan seng digunakan dengan kata marosuh sedangkan kata masihol disingkat menjadi kata sihol. Misalnya dalam kalimat berikut:<br />Au lang/ seng marosuh modom<br />. Au lang / seng sihol modom<br />Aku tidak ingin tidur<br />Lang / seng marosuh au modom<br />Lang / seng sihol au modom<br />Tidak ingin aku tidur<br />Kalimat yang mempunyai kata/frasa uhur atau uhurhu untuk menunujukkan keinginan , penegasiannya tetap dengan kata lang atau seng dan posisinya sebelum kata marosuh atau masihol.<br />Lang /seng marosuh uhurhu modom<br />Lang / seng sihol uhurhu modom<br />Tidak ingin hatiku tidur.<br />Uhurhu lang / seng marosuh modom<br />Uhurhu lang / seng sihol modom<br />Hatiku tidak ingin tidur<br /><br /><br />1.2.Harapan<br />Modalitas ’harapan’ dinyatakan dengan verba dan adverbia . Verba yang menyatakan modalitas ’harapan’ yaitu kata/frasa arap, mangarap atau mangarapkon . <br />Arap do uhurhu ham sehat<br />Harap hatiku anda sehat<br />Au mangarap ham sehat<br />Aku berharap anda sehat<br />Au mangarapkon ham sehat<br />Aku lebih berharap anda sehat<br /><br />Adverbia yang menyatakan harapan adalah kata andohar yang bermakna ’semoga’, dan khusus kata andohar tidak mendapat negasi<br />Andohar ma ham sehat<br />Semoga kamu sehat <br />Penanda modalitas harapan yang dapat dinegasikan adalah yang dinyatakan dengan verba. Yang dinyatakan dengan adverbia tidak dinegasikan.<br />Au lang / seng mangarap ham sehat<br />Au lang / seng mangarapkon ham sehat<br />Aku tidak berharap / mengharap kamu sehat.<br /><br />1.3 Ajakan<br />’Ajakan ’adalah ungkapan pelaku terhadap tindakan yangg ditujukan terhadap persona kedua atau teman bicara. Dalam bahasa Simalungun, ajakan biasanya dinyatakan dengan kata eta ’ ayo’atau ’ayolah’. Kata eta hanya dapat diikuti oleh persona kedua tunggal ham ’anda’ dan persona pertama jamak hita ’kita’.<br />Eta ham marsoban<br />Ayo anda? mencari kayu<br />Eta (ma) hita marsoban<br />Ayo(-lah) kita mencari kayu<br />Eta (ma) mangan inang<br />Ayo(-lah) makan bu.<br />1.4 Pembiaran<br />‘Pembiaran’ adalah ungkapan sikap pembicara untuk menghentitkan perbuatan yang akan dilakukan oleh teman bicara karena pembicara tidak menghendaki perbuatan itu tetapi tidak diucapkan secara nyata. Kata kata pembiaran yang digunakan dalam bahasa Simalungun adalah verba paturut dan pasombuh.<br />Paturut ham ma ia mangan<br />Pasombuh ham ma ia mangan<br />Biarkanlah ia makan.<br />Penegasian modalitas pembiaran hanya menambah kata ulang / seng sebelum verba paturut atau pasombuh.<br />Ulang / seng paturut ham ia mangan lobeinan.<br />Ulang / seng pasombuh ham ia mangan lobeinan.<br />Jangan biarkan dia makan lebih dulu.<br /><br />1.5 Permintaan /Persilaan<br />’Permintaan’ atau persilaan menggambarkan sikap pembicara yang menghendaki teman bicara atau orang lain melakukan sesuatu. ’Permintaan’ atau ’persilaan’ ada yang seperti ’perintah’ dengan hanya menekan atau mempertegas verba dengan kata ma / nema . Dalam mengungkapkan kata/frasa permintaan atau persilaan membutuh intonasi yang lebih lembut dan lambat dibanding dengan kalimat biasa.<br />Basa ma, buku in <br />Bacalah buku itu<br />Nema, basa buku in<br />Ayolah baca buku itu<br />Penambahan kata hon pada kalimat sebelumnya sedikit lebih memaksakan kehendak pembicara untuk orang lain melakukannya segera.<br />Basahon ma buku in.<br />Bacakanlah buku itu<br />‘Pembiaran’ atau ‘persilaan’ akan menjadi halus apabila ditambah dengan kata lobei dan lojo yang bermakna ‘dulu’<br />Basahon ma lobei buku in.<br />Basahon ma lojo buku in.<br />Bacakanlah dulu buku itu.<br />1.6 Persetujuan<br />‘Persetujuan’ menggambarkan sikap pembicara yang dengan sukarela menyetujui sesuatu yang akan dilakukan oleh teman bicara.<br />Kata yang sering digunkan dalam bahasa Simalungun adalah dear, kadang kala kata dear ditambah dengan kata/frasa lain seperti - ma, - ma anggo sonai untuk memperjelas persetujuan pembicara <br />Dear ma ai, patar hita mulak.<br />Baiklah itu, besok kita pulang.<br />Dear ma anggo sonai, patar hita mulak<br />Baiklah kalau begitu, besok kita pulang<br /><br />2.Modalitas Epistemik.<br />Modalitas Epistemik ialah sikap pembicara yang didasari oleh keyakinan atau kekurang yakinannya terhadap kebenaran satu proposisi. Hal seperti ini juga ada terdapat dalam bahasa Simalungun misalnya,<br />Ra ma roh sidea tongkin nari<br />Mungkin datang mereka sebentar lagi. <br />Sikap pembicara yang didasari oleh kekurangyakinan terhadap kebenaran proposisi dapat menimbulkan: kemungkinan, keteramalan, keharusan dan kepastian.<br /><br />2.1.Kemungkinan<br />Makna modalitas kemungkinan dalam bahasa Simalungun dinyatakan dengan kata ra atau hira yang berarti ’mungkin’atau ’perkiraan’ <br />Ra boi do inang roh patar<br />Hira boi do inang roh patar<br />Mungkin bisanya mamak datang besok<br /><br />Patar boi do ra inang roh<br />Besok bisanya mungkin mamak datang<br />Penegasian modalitas epistemik kemungkinan dalam bahasa Simalungun digunakan kata lang dimana kata lang / seng dipakai sebelum kata ra atau hira.<br />Lang / seng ra boi inang roh patar<br />Tidak mungkin bisa mamak datang besok<br />Patar lang / seng ra boi inang roh besok<br />Besok tidak mungkin bisa mamak datang<br /><br /><br />2.2.Keteramalan<br />’Keteramalan’ mencerminkan sikap pembicara yang lebih yakin terhadap ’kebenaran’ proposisi daripada ’kemungkinan’. Atau dengan kata lain ’kemungkinan’ menggambarkan sikap pembicara yang lebih ragu terhadap’kebenaran’. Dalam bahasa Simalungun ’keteramalan’ ditandai dengan kata hira, agat ,arap dan ahap yang bermakna ’ramalan’ atau ’perkiraan .’<br />Hu hira domma puho bapa.<br />Hu agat domma puho bapa<br />Hu arap domma puho bapa<br />Hu ahap domma puho bapa<br />Aku kira sudah bangun bapak<br />Penegasian untuk kata hira, agat, arap, ahap, hanya menambah kata lang / seng yang dipakai sebelum verba.<br />Lang / seng hu hira domma puho bapa.<br />Lang / seng hu agat domma puho bapa<br />Lang / seng hu arap domma puho bapa<br />Lang / seng hu ahap domma puho bapa<br />Tidak aku kira sudah bangun bapak<br /><br />2.3.Keharusan<br />Modalitas epistemik ’keharusan’ dalam bahasa Simalungun dinyatakan dengan keterangan menjelaskan verba, atau inti dari predikat, seperti kata maningon yang berarti ’harus’ patut dan porlu yang berarti mestinya. Kata maningon lebih keras daripada kata patut dan porlu. Hal ini nampak dalam contoh berikut.<br />Maningon marsahap do hanami.<br />Kami harus berbicara.<br />Ai maningon podas do suang use ai.<br />Itu harus cepat kembali lagi<br />Patut do ham roh<br />Porlu do ham roh<br />Mestinya anda datang<br />Penegasian untuk kata maningon, patut dan perlu hanya menambahkan kata lang / seng sebelum kata-kata tersebut.<br />Lang / seng maningon roh ham.<br />Tidak harus datang anda<br />Lang/ seng patut ham roh<br />Lang / seng porlu ham roh<br />Tidak mestinya anda datang<br />2.4.Kapastian<br />‘Kepastian’ menggambarkan sikap pembicra yang merasa pasti atau yakin bahwa proposisi yang diungkapkannya benar. Kepastian adalah modalitas epistemik yang paling tinggi tingkat rasa ‘pasti’ atau ‘yakin’ pembicara, dibanding yang lain seperti ‘kemungkinan’, ‘keteramalan’ dan ‘keharusan’. Dalam bahasa Simalungun kata pasti sering dipakai untuk menyatakan kepastian atau keyakinan, dimana kata pasti juga mungkin berpengaruh dari bahasa Indonesia. Sama seperti kata tontu yang berasal dari kata’tentu’ dalam bahasa Indonesia.<br />Pasti do ia mulak patar<br />Tontu do ia mulak patar<br />Pasti dia kembali besok.<br />Selain kata pasti dan tontu diatas ada lagi kata/frasa yang menunjukkan kepastian yaitu kata pos yang sering diikuti kata uhur (hati/heart yang berhubungan dengan perasaan) atau porsaya yang mungkin berasal dari kata ‘percaya’.<br />Pos ma uhurmu mulakk do ia patar<br />Porsaya ma ham mulak do ia patar<br />Yakinlah dia kembali besok<br />Kadangkala kalimat di atas di ikuti lagi ole kata pasti (redundant), yang menyatakan tingkat keyakinan yang paling tinggi.<br />Pos ma uhur mu pasti do ia mulak patar<br />Porsaya ma ham pasti do ia mulak patar<br />Yakinlah pasti dia kembali besok<br />Penegasian kepastian dalam bahasa Simalungun dinyatakan dengan menambah lang seng pada modalitas pasti, tontu, dan kata ulang untuk kata/frasa pos uhur dan porsaya berarti ‘jangan’.<br />Lang / seng pasti ia mulak patar<br />Lang / seng tontu ia mulak patar<br />Tidak pasti dia kembali besok.<br />Lang pos uhurhu mulak ia patar<br />Lang porsaya uhurhu mulak ia patar<br />Aku tidak yakin dia kembali besok<br />Ada pengungkap ketidak yakinan dalam bahasa Simalungun yang dinyatakan dengan kata gobir dan sangsi, dimana kata kata tersebut dapat berdiri sendiri, tidak memakai negasi lang tetapi mengandung makna negative.<br />Gobir do uhurmu bangku<br />Sangsi do ham bangku<br />Tidak yakinnya anda sama saya.<br /><br />3.Modalitas Deontik<br />Kaidah sosial berupa kewenangan pribadi atau kewengan resmi dapat mendasari sikap pembicara terhadap peristiwa disebut dengan modalitas deontik. Kewenangan pribadi ditimbulkan oleh adanya perbedaan usia, jabatan, atau status sosial, sedangkan kewenangan resmi berasal dari ketentuan atau peraturan yang telah disepakati bersama.<br />Dengan demikian, pembicara berperan sebagai sumber deontik yang mengizinkan, memerintahkan atau melarang terjadinya suatu peristiwa atau perbuatan. Hal itu dapat dilihat pada contoh berikut.<br />Hu bere ma hanimi mulak parlobei<br />Ku izinkanlah kalian pulang duluan<br /><br />3.1.Izin<br />Izin memperlihatkan ciri makna yang menggambarkan bahwa teman bicara akan berperan sebagai pelaku, tetapi dalam bahasa Simalungun hal itu dapat dilakukan orang kedua atau ketiga. Pengungkapan modalitas izin ini diberi penanda dengan kata bere, paturut.<br />Bere ma au laho hu tiga<br />Paturut ma au laho hu tiga <br />Izinkanlah saya pergi ke pekan<br />Bere ma ia laho hu tiga<br />Paturut ma ia laho hu tiga<br />Izinkanlah dia pergi ke pekan <br />Penegasian modalitas izin ini hanya menambahkan kata ulang sebelum modalitas yang berarti tidak memberi izin atau larangan.<br />Ulang bere ia laho hu tiga<br />Ulang paturuti ia laho hu tiga<br />Jangan izinkan dia pergi ke pekan<br />Ulang bere ia laho hu tiga<br />Ulang paturut ia laho hu tiga<br />Jangan izinkan dia pergi ke pekan<br />3.2.Perintah<br />‘Perintah’ memperlihatkan persaman dengan ‘izin’ dalam hal kedudukan pembicara sebagai sumber deontik dan kedudukan teman bicara sebagai pelaku aktualisasasi peristiwa. Pengungkapannya berbeda karena ‘perintah’ dalam bahasa Simalungun dinyatakan dengan kalimat imperative.<br />‘Perintah’ tidak hanya diartikan sebagai ‘perintah untuk melakukan sesuatu’, tetapi juga sebagai ‘perintah untuk tidak melakukan sesuatu’ yang disebut ‘larangan’.<br />Kata yang dipakai untuk melarang dalam bahasa Simalungun ialah kata ulang yang bermakna ‘jangan’, seperti contoh :<br />Ulang jolom boras in<br />Jangan pegang beras itu<br /><br />4.Modalitas Dinamik<br />Sama halnya dengan modalitas deontik, modalitas dinamik juga mempersoalkan sikap pembicara terhadap aktualisasi peristiwa. Akan tetapi, pada modalitas dinamik aktualisasi pristiwaitu ditentukan oleh perikeadaan yang bersifat empiris,sedangkan pada modalitas deontik ialah kaidah sosial. Jadi modalitas dinamik bersifat objektif dan modalitas deontik berciri subjektif. Ciri makna yang demikian ada dalam bahasa Simalungun yang tampak pada pemakaian kata boi, sanggup dimana kata sanggup mungkin juga pengaruh dari bahasa Indonesia. Hal ini dapat dilihat dalam contoh berikut.<br />Boi do bana paluah dirina<br />Sanggup do bana paluah dirina<br />Dia dapat melepaskan dirinya<br />4.1 Kemampuan<br />Kemampuan pada modalitas dinamik dapat dinyatakan dengan pemakain kata boi, sanggup dan bulih . Kata bulih hanya dipakai untuk makna negasi yang bermakna ’tidak boleh’.<br />Boi do ipalopus si Jonaha batu ai hulopahhulopah<br />Sanggup do ipalopus si Jonaha batu ai hulopahlopah<br />Si Jonaha dapat menyeberangkan batu itu ke sebelah kanan dan kiri <br />Penegasian modalitas kemampuan hanya dengan menambah kata lang /seng pada kata modalitas kemampuan.<br />Lang / seng boi ipalopus si Jonaha batu ai hulopahhulopah<br />Lang / seng sanggup ipalopus si Jonaha batu ai hulopahlopah<br />Lang / seng bulih ipalopus si Jonaha batu ai hulopahlopah<br />Si Jonaha tidak dapat menyeberangkan batu itu ke sebelah kanan dan kiri.<br /><br /><br />VI. Kesimpulan Dan Referensi.<br />Kesimpulan.<br />Dari pembahasan modalitas dalam bahasa Simalungun ini dapat disimpulkan bahwa modalitas dalam bahasa Simalungun ádalah sebagai berikut.<br />1. Modalitas dalam bahasa Simalungun sebagian dinyatakan dengan kata. Selain itu, modalitas dalam bahasa Simalungun ada yang dinyatakan dengan frasa, tetapi jumlahnya hanya beberapa tidak sebanyak yang dinyatakn dengan kata. Kata-kata atau frasa yang menyatakan modalitas itu disebut penanda modalitas.<br />2. Penanda modalitas itu dikelompokkan menjadi empat yakni (1) penanda modalitas intensional, (2) penanda modalitas epistemik, (3) penanda modalitas deontik, dan (4) penanda modalitas dinamik.<br /><br />(1). Modalitas Intensional<br />No. Makna Pengungkap modalitas<br />1.keinginan<br />ingin marosuh<br />masihol<br />ingin hatiku marosuh uhurhu<br />masihol uhurhu<br />hatiku ingin uhurhu marosuh <br />uhurhu masihol<br />kata hatiku nini uhurhu<br />inginnya hatiku rosuh uhurhu<br />sihol uhurhu<br />lebih ingin rosuhan uhurhu<br />siholan uhurhu<br /><br />2. harapan<br />(ber)harap arap<br />berharap mengarap<br />lebih berharap mengarapkon<br />semoga andohar<br />3. ajakan<br />ayo eta<br />4. pembiaran<br />biarkan paturut <br />pasombuh<br />5. permintaan<br />ayolah nema<br />- ma<br />- hon<br />6. persetujuan<br />baiklah dear ma<br /><br />(2). Modalitas Epistemik<br />No Makna Pengungkap modalitas<br />1. kemungkinan<br />mungkin hira / ra<br />2. keteramalan<br />perkiraan / kira hira<br />agat<br />arap<br />ahap<br />3.keharusan <br />harus maningon<br />mestinya patut<br />porlu <br />4.kepastian<br />pasti pasti<br />tontu<br />yakin pos uhur<br />percaya porsaya<br /><br /><br />(3). Modalitas Deontik<br />No Makna Pengungkap modalitas<br />1. izin<br />izinkan bere<br />paturut<br /><br />(4). Modalitas Dinamik<br />No Makna Pengungkap modalitas<br />1. kemampuan <br />dapat boi<br />sanggup sanggup<br />tidak dapat lang / seng bulih<br /><br />C. Penegasian pada penanda modalitas dilakukan dengan kata negasi ulang , lang dan<br />seng yang diletakkan di depan penanda modaliats yang bersangkutan. Kata ulang juga bisa berarti ’jangan’.kisbulhttp://www.blogger.com/profile/05581025036418160361noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1723725132366199408.post-33272400204904205822009-11-24T17:59:00.000-08:002009-11-24T18:00:34.255-08:00MODALITAS<br />DALAM BAHASA SIMALUNGUN[1]<br />Dra.Anita Purba.M.Hum[2]<br /><br />Abstrak<br />Modalitas ialah sikap pembicara yang dinyatakan secara gramatikal, bukan secara leksikal terhadap apa yang dikemukakan dalam tuturannya. Perbedaan pemaparan tentang modalitas dalam berbagai bahasa sangat bervariasi. Modalitas dalam bahasa Simalungun banyak dinyatakan dengan kata dan hanya sebagian dinyatakan dengan frasa. Kata-kata atau frasa yang menyatakan modalitas itu disebut penanda modalitas. Penanda modalitas dalam Bahasa Simalungun dikelompokkan menjadi empat yakni : penanda modalitas intensional, penanda modalitas epistemik, penanda modalitas deontik, dan penanda modalitas dinamik. Penegasian pada penanda modalitas dilakukan dengan kata negasi ulang , lang dan seng yang diletakkan di depan penanda modaliats yang bersangkutan.<br />Kata kunci : grammatikal, modalitas.<br /><br /><br />I.Pendahuluan.<br />Bahasa Simalungun adalah bahasa yang dipakai oleh suku Simalungun yang merupakan salah satu subsuku dari suku Batak. Namun ada juga suku lain yang diluar suku Simalungun menggunakan bahasa Simalungun khususnya yang berdomisili di daerah Simalungun ataupun yang melakukan kawin campur dengan suku Simalungun. Secara geografi suku Simalungun terdapat di Provinsi Sumatera Utara, dan pada umumnya mereka berdiam di daerah Kabupaten Simalungun. Namun ada juga yang tinggal di daerah lain seperti Kabupaten Karo, Kabupaten Deliserdang, Kabupaten Serdang Bedagai, Kabupaten Asahan.<br />Penulisan dan penelitian mengenai bahasa Simalungun belum begitu banyak dilakukan dibandingkan dengan pembahasan bahasa subsuku Batak lainnya. Khusus pembahasan bidang Semantik bahasa Simalungun masih jarang ditulis dan kalaupun ada masih sangat sedikit. Pada pembahasan ini akan dicoba dijelaskan tentang Modalitas yang ada ditemukan dalam bahasa Simalungun.<br />Yang dimaksud dengan modalitas ialah sikap pembicara terhadap apa yang dikemukakan dalam tuturannya (Alwi, 1992:5). Sikap itu tidak dinyatakan secara gramatikal, tetapi dinyatakan secara leksikal.<br /><br />Modalitas oleh Saeed (1997:125) dirumuskan sebagai<br />Modality is a cover term for devices which allow speakers to express varying degrees of commitment to, or belief in, a proposisi. John I.Saeed- Semantics. page 125 , thn 1997.<br /><br />‘keseluruhan istilah yang berfungsi sebagai alat bagi pembicara untuk mengungkapkan berbagai jenis tingkatan komitmen atau keyakinannya dalam satu proposisi’.<br /><br />Perbedaan pandangan dan tafsiran terhadap ‘sikap pembicara’ itu terlihat pula pada pemberian istilah, dimana Alwi (1992) membagi hanya dalam satu istilah yaitu modalitas yang terbagi dalam empat kategori yaitu modalitas intensioanal, modalitas epistemik, modalitas deontik dan modalitas dinamis, sedangkan Saeed (1997) membaginya dalam dua pembagian yaitu modalitas dan evidensial.<br /><br />II. Masalah dan Tujuan<br />Masalah.<br />Perbedaan pemaparan oleh para ahli-ahli bahasa tentang modalitas dalam berbagai bahasa sangat bervariasi. Hal ini membuat sulit untuk menentukan yang mana yang sesuai digunakan dalam operasional perumusan modalitas dalam bahasa Simalungun.<br />Setelah melihat data yang tersedia maka dapat diidentifikasi bahwa modalitas bahasa Simalungun berbeda dibandingkan modalitas bahasa daerah lain misalnya modalitas bahasa Jawa yang sudah mempunyai referensinya. Jadi alangkah lebih baik mengikuti langkah Hasan Alwi tentang modalitas bahasa Indonesia yang merupakan Bahasa nasional atau induk dari bahasa –bahasa daerah yang ada di Indonesia termasuk bahasa Simalungun.<br />Hal ini juga terkesan dalam perbendaharaan bahasa daerah yang sebagian bersumber dari bahasa Indonesia .<br />Tujuan<br />Sesuai dengan adanya permasalahan tersebut di atas, maka tulisan ini bertujuan sebagai berikut.<br />1. Mengidentifikasikan kata-kata dan frasa yang digunakan sebagai modalitas dalam bahasa Simalungun.<br />2. Mendiskripsikan modalitas dalam bahasa Simalungun yang ada dalam bentuk kata-kata dan frasa .<br />3. Menjelaskan makna modalitas yang ada dalam bahasa Simalungun.<br /><br />III. Tinjauan Pustaka.<br />Ada banyak buku yang menjelaskan pengertian atau tafsiran tentang modalitas dalam berbagai bahasa. Pada pembahasan ini penulis mengambil pengkategorian modalitas menurut Hasan Alwi yang membagi modalitas mencakup empat subkategori yaitu modalitas Intensinal, modalitas Epistemik, modalitas Deontik dan modalitas Dinamik (hal 22).<br />Kategori modalitas Intensional terdiri dari sub kategori modalitas Keinginan, Harapan, Ajak, Pembiaran, Permintaan, Persilaan, dan Persetujuan.<br />Kategori modalitas Epistemik terdiri dari sub kategori modalitas Kemungkinan, Keteramalan, Keharusan, Kepastian .<br />Kategori modalitas Deontik terdiri dari sub kategori modalitas Izin, dan Perintah.<br />Kategori modalitas Dinamik hanya terdiri dari sub kategori modalitas Kemampuan<br /><br />IV. Metodologi<br />Pembahasan ini menggunakan data bahasa Simalungun yang diambil dari beberapa sumber secara lisan dan tulisan. Sumber tertulis berasal dari pemberian angket kepada beberapa informan dengan ciri sebagai berikut : adalah mahasiswa suku Simalungun, tinggal di Kabupaten Simalungun, dan dalam kesehariannya menggunakan bahasa Simalungun.<br />Adapun bentuk angket tersebut yaitu daftar yang terdiri dari kalimat yang memakai modalitas bahasa Inggris dan modalitas bahasa Indonesia. Kemudian para informan dianjurkan mencari padanan modalitas tersebut dalam bahasa Simalungun.<br />Untuk melihat ada tidaknya modalitas penulis juga membaca data tulisan yaitu buku ’Folklore Simalungun’ kemudian menandai atau mencurigainya, dan menuliskannya dalam daftar dan kemudian menentukan apakah data tersebut modalitas atau tidak dengan melihat ciri-cirinya. Sementara itu, penulis juga sebagai penutur asli bahasa Simalungun yang bertindak menjadi narasumber juga.<br />Namun, data yang didapat secara lisan dan tulisan dianggap sebagai data sementara yang masih perlu dicari kebenarannya dengan bertanya kepada beberapa informan atau melalui pengamatan langsung.<br />Selanjutnya setelah diyakini bahwa data tersebut adalah modalitas maka diklasifikasikanlah menurut jenis kategori modalitasnya dan setiap kategori diklasifikasikan lebih lanjut menurut subkategorinya. Pengungkapan yang dipakai hanya merupakan pengungkapan dalam kalimat.<br /><br />V. Hasil dan Pembahasan.<br />1.Modalitas Intensional<br />Modalitas Intensional adalah bahasa yang digunakan pembicara untuk menyatakan sikapnya terhadap peristiwa nonaktual yang diungkapkannya. Modalitas seperti ini juga ada dalam bahasa Simalumgun, misalnya jika seseorang ingin menyatakan keinginnannya maka pembicara memakai modalitas. Seperti dapat dilihat dalm contoh berikut.<br />Au marosuh mangan gule. ‘Aku ingin makan gulai’.<br />Dengan mendengar keinginan itu, pendengar atau teman bicara terdorong untuk mengaktualisasikan apa yang diungkapkan pembicara, misalnya dengan memberikan apa yang diinginkan pembicara. Penanda modalitas ’keinginanan’ dalam bahasa Simalungun ialah kata marosuh dan masihol yang bermakna ’ingin’.<br /><br />1.1 Keinginan<br />Penanda modalitas ’keinginan’ dalam bahasa Simalungun ialah kata verba marosuh dan masihol ’ingin’.<br />Au marosuh ham mandodingkon ai<br />Au masihol ham mandodingkon ai<br />Aku ingin kamu yang menyanyikannya.<br />Posisi verba marosuh dan masihol juga lazim ditempatkan di awal kalimat sebelum subjek.<br />Marosuh au ham mandodingkon ai<br />Masihol au ham mandodinkon ai.<br />Ingin aku kamu yang menyanyikannya<br />Kata marosuh dan masihol yang berfungsi menunjukkan keinginan sering diikuti kata uhur ’hati’ atau ’perasaan hati’ yang membentuk frasa. Posisi kata-kata tersebut juga bisa saling bergantian. <br />Marosuh uhurhu ham mandodingkon ai<br />Masihol uhurhu ham mandodingkon ai<br />Ingin hatiku kamu yang menyanyikannya.<br />Uhurhu marosuh ham mandodingkon ai.<br />Uhurhu masihol ham mandodingkon ai<br />Hatiku ingin kamu yang menyanyikannya.<br />Kata /frasa uhur atau nini uhurhu bisa juga berdiri sendiri tanpa ada kata marosuh atau masihol yang berfungsi menyatakan keinginan.<br />Uhurmu ham ma mandodingkan ai<br />Hatiku mau kamu yang menyanyikannya<br />Piga dokah nini uhurmi au mangkorjahon ai<br />Berapa lama keinginanmu aku mengerjakan itu.<br />Kata marosuh dan masihol ’menginginkan’ dapat juga disingkat dengan kata rosuh dan sihol ’ingin’adalah kata yang menjelaskan suasana hati sepert contoh ini<br />Rosuh do uhur hu ham mandodingkon ai<br />Sihol do uhur hu ham mandodingkon ai<br />Uhurhu namin ham ma mandodingkon ai<br />Ingin hatiku kamu yang menyanyikannya.<br />Pemberian suffik -an untuk kata rosuh dan sihol dapat digunakan untuk mengungkapkan keinginan yaitu rosuhan dan siholan yang bermakan ’lebih ingin’. Hal ini dapat dilihat dalm contoh berikut.<br />Rosuhan do uhur hu ham mandodingkon ai<br />Siholan do uhur hu ham mandodingkon ai.<br />Aku lebih ingin kamu yang menyanyikannya.<br />Bagian tuturan yang dikenai negasi adalah kata/frasa yang menyatakan modalitas. Penegasian kata-kata itu ialah dengan kata seng, lang ’tidak’. Lang dan seng digunakan dengan kata marosuh sedangkan kata masihol disingkat menjadi kata sihol. Misalnya dalam kalimat berikut:<br />Au lang/ seng marosuh modom<br />. Au lang / seng sihol modom<br />Aku tidak ingin tidur<br />Lang / seng marosuh au modom<br />Lang / seng sihol au modom<br />Tidak ingin aku tidur<br />Kalimat yang mempunyai kata/frasa uhur atau uhurhu untuk menunujukkan keinginan , penegasiannya tetap dengan kata lang atau seng dan posisinya sebelum kata marosuh atau masihol.<br />Lang /seng marosuh uhurhu modom<br />Lang / seng sihol uhurhu modom<br />Tidak ingin hatiku tidur.<br />Uhurhu lang / seng marosuh modom<br />Uhurhu lang / seng sihol modom<br />Hatiku tidak ingin tidur<br /><br /><br />1.2.Harapan<br />Modalitas ’harapan’ dinyatakan dengan verba dan adverbia . Verba yang menyatakan modalitas ’harapan’ yaitu kata/frasa arap, mangarap atau mangarapkon . <br />Arap do uhurhu ham sehat<br />Harap hatiku anda sehat<br />Au mangarap ham sehat<br />Aku berharap anda sehat<br />Au mangarapkon ham sehat<br />Aku lebih berharap anda sehat<br /><br />Adverbia yang menyatakan harapan adalah kata andohar yang bermakna ’semoga’, dan khusus kata andohar tidak mendapat negasi<br />Andohar ma ham sehat<br />Semoga kamu sehat <br />Penanda modalitas harapan yang dapat dinegasikan adalah yang dinyatakan dengan verba. Yang dinyatakan dengan adverbia tidak dinegasikan.<br />Au lang / seng mangarap ham sehat<br />Au lang / seng mangarapkon ham sehat<br />Aku tidak berharap / mengharap kamu sehat.<br /><br />1.3 Ajakan<br />’Ajakan ’adalah ungkapan pelaku terhadap tindakan yangg ditujukan terhadap persona kedua atau teman bicara. Dalam bahasa Simalungun, ajakan biasanya dinyatakan dengan kata eta ’ ayo’atau ’ayolah’. Kata eta hanya dapat diikuti oleh persona kedua tunggal ham ’anda’ dan persona pertama jamak hita ’kita’.<br />Eta ham marsoban<br />Ayo anda? mencari kayu<br />Eta (ma) hita marsoban<br />Ayo(-lah) kita mencari kayu<br />Eta (ma) mangan inang<br />Ayo(-lah) makan bu.<br />1.4 Pembiaran<br />‘Pembiaran’ adalah ungkapan sikap pembicara untuk menghentitkan perbuatan yang akan dilakukan oleh teman bicara karena pembicara tidak menghendaki perbuatan itu tetapi tidak diucapkan secara nyata. Kata kata pembiaran yang digunakan dalam bahasa Simalungun adalah verba paturut dan pasombuh.<br />Paturut ham ma ia mangan<br />Pasombuh ham ma ia mangan<br />Biarkanlah ia makan.<br />Penegasian modalitas pembiaran hanya menambah kata ulang / seng sebelum verba paturut atau pasombuh.<br />Ulang / seng paturut ham ia mangan lobeinan.<br />Ulang / seng pasombuh ham ia mangan lobeinan.<br />Jangan biarkan dia makan lebih dulu.<br /><br />1.5 Permintaan /Persilaan<br />’Permintaan’ atau persilaan menggambarkan sikap pembicara yang menghendaki teman bicara atau orang lain melakukan sesuatu. ’Permintaan’ atau ’persilaan’ ada yang seperti ’perintah’ dengan hanya menekan atau mempertegas verba dengan kata ma / nema . Dalam mengungkapkan kata/frasa permintaan atau persilaan membutuh intonasi yang lebih lembut dan lambat dibanding dengan kalimat biasa.<br />Basa ma, buku in <br />Bacalah buku itu<br />Nema, basa buku in<br />Ayolah baca buku itu<br />Penambahan kata hon pada kalimat sebelumnya sedikit lebih memaksakan kehendak pembicara untuk orang lain melakukannya segera.<br />Basahon ma buku in.<br />Bacakanlah buku itu<br />‘Pembiaran’ atau ‘persilaan’ akan menjadi halus apabila ditambah dengan kata lobei dan lojo yang bermakna ‘dulu’<br />Basahon ma lobei buku in.<br />Basahon ma lojo buku in.<br />Bacakanlah dulu buku itu.<br />1.6 Persetujuan<br />‘Persetujuan’ menggambarkan sikap pembicara yang dengan sukarela menyetujui sesuatu yang akan dilakukan oleh teman bicara.<br />Kata yang sering digunkan dalam bahasa Simalungun adalah dear, kadang kala kata dear ditambah dengan kata/frasa lain seperti - ma, - ma anggo sonai untuk memperjelas persetujuan pembicara <br />Dear ma ai, patar hita mulak.<br />Baiklah itu, besok kita pulang.<br />Dear ma anggo sonai, patar hita mulak<br />Baiklah kalau begitu, besok kita pulang<br /><br />2.Modalitas Epistemik.<br />Modalitas Epistemik ialah sikap pembicara yang didasari oleh keyakinan atau kekurang yakinannya terhadap kebenaran satu proposisi. Hal seperti ini juga ada terdapat dalam bahasa Simalungun misalnya,<br />Ra ma roh sidea tongkin nari<br />Mungkin datang mereka sebentar lagi. <br />Sikap pembicara yang didasari oleh kekurangyakinan terhadap kebenaran proposisi dapat menimbulkan: kemungkinan, keteramalan, keharusan dan kepastian.<br /><br />2.1.Kemungkinan<br />Makna modalitas kemungkinan dalam bahasa Simalungun dinyatakan dengan kata ra atau hira yang berarti ’mungkin’atau ’perkiraan’ <br />Ra boi do inang roh patar<br />Hira boi do inang roh patar<br />Mungkin bisanya mamak datang besok<br /><br />Patar boi do ra inang roh<br />Besok bisanya mungkin mamak datang<br />Penegasian modalitas epistemik kemungkinan dalam bahasa Simalungun digunakan kata lang dimana kata lang / seng dipakai sebelum kata ra atau hira.<br />Lang / seng ra boi inang roh patar<br />Tidak mungkin bisa mamak datang besok<br />Patar lang / seng ra boi inang roh besok<br />Besok tidak mungkin bisa mamak datang<br /><br /><br />2.2.Keteramalan<br />’Keteramalan’ mencerminkan sikap pembicara yang lebih yakin terhadap ’kebenaran’ proposisi daripada ’kemungkinan’. Atau dengan kata lain ’kemungkinan’ menggambarkan sikap pembicara yang lebih ragu terhadap’kebenaran’. Dalam bahasa Simalungun ’keteramalan’ ditandai dengan kata hira, agat ,arap dan ahap yang bermakna ’ramalan’ atau ’perkiraan .’<br />Hu hira domma puho bapa.<br />Hu agat domma puho bapa<br />Hu arap domma puho bapa<br />Hu ahap domma puho bapa<br />Aku kira sudah bangun bapak<br />Penegasian untuk kata hira, agat, arap, ahap, hanya menambah kata lang / seng yang dipakai sebelum verba.<br />Lang / seng hu hira domma puho bapa.<br />Lang / seng hu agat domma puho bapa<br />Lang / seng hu arap domma puho bapa<br />Lang / seng hu ahap domma puho bapa<br />Tidak aku kira sudah bangun bapak<br /><br />2.3.Keharusan<br />Modalitas epistemik ’keharusan’ dalam bahasa Simalungun dinyatakan dengan keterangan menjelaskan verba, atau inti dari predikat, seperti kata maningon yang berarti ’harus’ patut dan porlu yang berarti mestinya. Kata maningon lebih keras daripada kata patut dan porlu. Hal ini nampak dalam contoh berikut.<br />Maningon marsahap do hanami.<br />Kami harus berbicara.<br />Ai maningon podas do suang use ai.<br />Itu harus cepat kembali lagi<br />Patut do ham roh<br />Porlu do ham roh<br />Mestinya anda datang<br />Penegasian untuk kata maningon, patut dan perlu hanya menambahkan kata lang / seng sebelum kata-kata tersebut.<br />Lang / seng maningon roh ham.<br />Tidak harus datang anda<br />Lang/ seng patut ham roh<br />Lang / seng porlu ham roh<br />Tidak mestinya anda datang<br />2.4.Kapastian<br />‘Kepastian’ menggambarkan sikap pembicra yang merasa pasti atau yakin bahwa proposisi yang diungkapkannya benar. Kepastian adalah modalitas epistemik yang paling tinggi tingkat rasa ‘pasti’ atau ‘yakin’ pembicara, dibanding yang lain seperti ‘kemungkinan’, ‘keteramalan’ dan ‘keharusan’. Dalam bahasa Simalungun kata pasti sering dipakai untuk menyatakan kepastian atau keyakinan, dimana kata pasti juga mungkin berpengaruh dari bahasa Indonesia. Sama seperti kata tontu yang berasal dari kata’tentu’ dalam bahasa Indonesia.<br />Pasti do ia mulak patar<br />Tontu do ia mulak patar<br />Pasti dia kembali besok.<br />Selain kata pasti dan tontu diatas ada lagi kata/frasa yang menunjukkan kepastian yaitu kata pos yang sering diikuti kata uhur (hati/heart yang berhubungan dengan perasaan) atau porsaya yang mungkin berasal dari kata ‘percaya’.<br />Pos ma uhurmu mulakk do ia patar<br />Porsaya ma ham mulak do ia patar<br />Yakinlah dia kembali besok<br />Kadangkala kalimat di atas di ikuti lagi ole kata pasti (redundant), yang menyatakan tingkat keyakinan yang paling tinggi.<br />Pos ma uhur mu pasti do ia mulak patar<br />Porsaya ma ham pasti do ia mulak patar<br />Yakinlah pasti dia kembali besok<br />Penegasian kepastian dalam bahasa Simalungun dinyatakan dengan menambah lang seng pada modalitas pasti, tontu, dan kata ulang untuk kata/frasa pos uhur dan porsaya berarti ‘jangan’.<br />Lang / seng pasti ia mulak patar<br />Lang / seng tontu ia mulak patar<br />Tidak pasti dia kembali besok.<br />Lang pos uhurhu mulak ia patar<br />Lang porsaya uhurhu mulak ia patar<br />Aku tidak yakin dia kembali besok<br />Ada pengungkap ketidak yakinan dalam bahasa Simalungun yang dinyatakan dengan kata gobir dan sangsi, dimana kata kata tersebut dapat berdiri sendiri, tidak memakai negasi lang tetapi mengandung makna negative.<br />Gobir do uhurmu bangku<br />Sangsi do ham bangku<br />Tidak yakinnya anda sama saya.<br /><br />3.Modalitas Deontik<br />Kaidah sosial berupa kewenangan pribadi atau kewengan resmi dapat mendasari sikap pembicara terhadap peristiwa disebut dengan modalitas deontik. Kewenangan pribadi ditimbulkan oleh adanya perbedaan usia, jabatan, atau status sosial, sedangkan kewenangan resmi berasal dari ketentuan atau peraturan yang telah disepakati bersama.<br />Dengan demikian, pembicara berperan sebagai sumber deontik yang mengizinkan, memerintahkan atau melarang terjadinya suatu peristiwa atau perbuatan. Hal itu dapat dilihat pada contoh berikut.<br />Hu bere ma hanimi mulak parlobei<br />Ku izinkanlah kalian pulang duluan<br /><br />3.1.Izin<br />Izin memperlihatkan ciri makna yang menggambarkan bahwa teman bicara akan berperan sebagai pelaku, tetapi dalam bahasa Simalungun hal itu dapat dilakukan orang kedua atau ketiga. Pengungkapan modalitas izin ini diberi penanda dengan kata bere, paturut.<br />Bere ma au laho hu tiga<br />Paturut ma au laho hu tiga <br />Izinkanlah saya pergi ke pekan<br />Bere ma ia laho hu tiga<br />Paturut ma ia laho hu tiga<br />Izinkanlah dia pergi ke pekan <br />Penegasian modalitas izin ini hanya menambahkan kata ulang sebelum modalitas yang berarti tidak memberi izin atau larangan.<br />Ulang bere ia laho hu tiga<br />Ulang paturuti ia laho hu tiga<br />Jangan izinkan dia pergi ke pekan<br />Ulang bere ia laho hu tiga<br />Ulang paturut ia laho hu tiga<br />Jangan izinkan dia pergi ke pekan<br />3.2.Perintah<br />‘Perintah’ memperlihatkan persaman dengan ‘izin’ dalam hal kedudukan pembicara sebagai sumber deontik dan kedudukan teman bicara sebagai pelaku aktualisasasi peristiwa. Pengungkapannya berbeda karena ‘perintah’ dalam bahasa Simalungun dinyatakan dengan kalimat imperative.<br />‘Perintah’ tidak hanya diartikan sebagai ‘perintah untuk melakukan sesuatu’, tetapi juga sebagai ‘perintah untuk tidak melakukan sesuatu’ yang disebut ‘larangan’.<br />Kata yang dipakai untuk melarang dalam bahasa Simalungun ialah kata ulang yang bermakna ‘jangan’, seperti contoh :<br />Ulang jolom boras in<br />Jangan pegang beras itu<br /><br />4.Modalitas Dinamik<br />Sama halnya dengan modalitas deontik, modalitas dinamik juga mempersoalkan sikap pembicara terhadap aktualisasi peristiwa. Akan tetapi, pada modalitas dinamik aktualisasi pristiwaitu ditentukan oleh perikeadaan yang bersifat empiris,sedangkan pada modalitas deontik ialah kaidah sosial. Jadi modalitas dinamik bersifat objektif dan modalitas deontik berciri subjektif. Ciri makna yang demikian ada dalam bahasa Simalungun yang tampak pada pemakaian kata boi, sanggup dimana kata sanggup mungkin juga pengaruh dari bahasa Indonesia. Hal ini dapat dilihat dalam contoh berikut.<br />Boi do bana paluah dirina<br />Sanggup do bana paluah dirina<br />Dia dapat melepaskan dirinya<br />4.1 Kemampuan<br />Kemampuan pada modalitas dinamik dapat dinyatakan dengan pemakain kata boi, sanggup dan bulih . Kata bulih hanya dipakai untuk makna negasi yang bermakna ’tidak boleh’.<br />Boi do ipalopus si Jonaha batu ai hulopahhulopah<br />Sanggup do ipalopus si Jonaha batu ai hulopahlopah<br />Si Jonaha dapat menyeberangkan batu itu ke sebelah kanan dan kiri <br />Penegasian modalitas kemampuan hanya dengan menambah kata lang /seng pada kata modalitas kemampuan.<br />Lang / seng boi ipalopus si Jonaha batu ai hulopahhulopah<br />Lang / seng sanggup ipalopus si Jonaha batu ai hulopahlopah<br />Lang / seng bulih ipalopus si Jonaha batu ai hulopahlopah<br />Si Jonaha tidak dapat menyeberangkan batu itu ke sebelah kanan dan kiri.<br /><br /><br />VI. Kesimpulan Dan Referensi.<br />Kesimpulan.<br />Dari pembahasan modalitas dalam bahasa Simalungun ini dapat disimpulkan bahwa modalitas dalam bahasa Simalungun ádalah sebagai berikut.<br />1. Modalitas dalam bahasa Simalungun sebagian dinyatakan dengan kata. Selain itu, modalitas dalam bahasa Simalungun ada yang dinyatakan dengan frasa, tetapi jumlahnya hanya beberapa tidak sebanyak yang dinyatakn dengan kata. Kata-kata atau frasa yang menyatakan modalitas itu disebut penanda modalitas.<br />2. Penanda modalitas itu dikelompokkan menjadi empat yakni (1) penanda modalitas intensional, (2) penanda modalitas epistemik, (3) penanda modalitas deontik, dan (4) penanda modalitas dinamik.<br /><br />(1). Modalitas Intensional<br />No. Makna Pengungkap modalitas<br />1.keinginan<br />ingin marosuh<br />masihol<br />ingin hatiku marosuh uhurhu<br />masihol uhurhu<br />hatiku ingin uhurhu marosuh <br />uhurhu masihol<br />kata hatiku nini uhurhu<br />inginnya hatiku rosuh uhurhu<br />sihol uhurhu<br />lebih ingin rosuhan uhurhu<br />siholan uhurhu<br /><br />2. harapan<br />(ber)harap arap<br />berharap mengarap<br />lebih berharap mengarapkon<br />semoga andohar<br />3. ajakan<br />ayo eta<br />4. pembiaran<br />biarkan paturut <br />pasombuh<br />5. permintaan<br />ayolah nema<br />- ma<br />- hon<br />6. persetujuan<br />baiklah dear ma<br /><br />(2). Modalitas Epistemik<br />No Makna Pengungkap modalitas<br />1. kemungkinan<br />mungkin hira / ra<br />2. keteramalan<br />perkiraan / kira hira<br />agat<br />arap<br />ahap<br />3.keharusan <br />harus maningon<br />mestinya patut<br />porlu <br />4.kepastian<br />pasti pasti<br />tontu<br />yakin pos uhur<br />percaya porsaya<br /><br /><br />(3). Modalitas Deontik<br />No Makna Pengungkap modalitas<br />1. izin<br />izinkan bere<br />paturut<br /><br />(4). Modalitas Dinamik<br />No Makna Pengungkap modalitas<br />1. kemampuan <br />dapat boi<br />sanggup sanggup<br />tidak dapat lang / seng bulih<br /><br />C. Penegasian pada penanda modalitas dilakukan dengan kata negasi ulang , lang dan<br />seng yang diletakkan di depan penanda modaliats yang bersangkutan. Kata ulang juga bisa berarti ’jangan’.kisbulhttp://www.blogger.com/profile/05581025036418160361noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1723725132366199408.post-4764160570076420132009-11-24T17:56:00.000-08:002009-11-24T17:57:53.959-08:00makalah sastra indonesiaInspirasi : Pendidikan untuk anak-anak<br />Mei 17, 2009 — Wahidin <br /><br />Ini saya posting tulisannya Dorothy L. Nolte tentang pendidikan untuk anak-anak.<br /><br />Semoga bermanfaat dan dapat menginspirasi anda semua :<br /><br />Jika anak-anak hidup dengan kritikan, mereka belajar untuk mengutuk.<br />Jika anak-anak hidup dengan permusuhan, mereka belajar untuk melawan.<br />Jika anak-anak hidup dengan rasa takut, mereka belajar untuk menjadi memprihatinkan.<br />Jika anak-anak hidup dengan belas kasihan, mereka belajar untuk merasa menyesal sendiri.<br />Jika anak-anak hidup dengan olokan, mereka belajar untuk merasa malu.<br />Jika anak-anak hidup dengan kecemburuan, mereka belajar untuk merasa iri hati.<br />Jika anak-anak hidup dengan rasa malu, mereka belajar untuk merasa bersalah.<br />Jika anak-anak hidup dengan semangat, mereka belajar percaya diri.<br />Jika anak-anak hidup dengan toleransi, mereka belajar kesabaran.<br />Jika anak-anak hidup dengan pujian, mereka belajar apresiasi.<br />Jika anak-anak hidup dengan penerimaan, mereka belajar untuk cinta.<br />Jika anak-anak hidup dengan persetujuan, mereka belajar seperti itu sendiri.<br />Jika anak-anak hidup dengan pengakuan, mereka belajar bagus untuk memiliki tujuan.<br />Jika anak-anak hidup dengan berbagi, mereka belajar kedermawanan.<br />Jika anak-anak hidup dengan kejujuran, mereka belajar sebenarnya.<br />Jika anak-anak hidup dengan keadilan, mereka belajar keadilan.<br />Jika anak-anak hidup dengan baik-baik, mereka belajar menghargai.<br />Jika anak-anak hidup dengan keamanan, mereka belajar untuk memiliki iman dalam diri mereka sendiri dan orang-orang di sekitar mereka.<br />Jika anak-anak hidup dengan keramahan, mereka belajar di dunia adalah tempat yang bagus untuk hidup.<br /><br />oleh Dorothy Law Nolte (1924 – 2005)<br />Ditulis dalam Info Islam, Makalah Belajar Dan Pembelajaran, Makalah Bimbingan Konseling, Makalah Evaluasi Pembelajaran, Makalah Filsafat, Makalah Filsafat Pendidikan, Makalah Kurikulum Dan Pembelajaran, Makalah PKn, Makalah Pedagogik, Makalah Penelitian Tindakan Kelas, Makalah Pengelolaan Kelas, Makalah Pengelolaan Pendidikan, Makalah Perencanaan Pembelajaran, Makalah ilmu Pendidikan, info, makalah Manajemen Pendidikan, makalah bahasa indonesia, makalah bahasa sunda, makalah ilmu bahasa, makalah pembelajaran mikro, makalah pembelejaran terpadu, makalah sosiologi, makalh pendidikan anak berkebutuhan khusus. Tag: pendidikan anak. 8 Komentar »<br />8 Tanggapan ke “Inspirasi : Pendidikan untuk anak-anak” <br />Jayadi Gusti Says: <br />Mei 17, 2009 pukul 10:46 am <br /><br />Karena itulah Rasul bersabda : “Tidak ada kado paling istimewa yang diberikan orangtua kepada anaknya melebihi pendidikan yang baik.”<br /><br />“Kewajiban setiap orangtua terhadap anaknya adalah memberinya nama yang baik, memberinya tempat tinggal yang layak, dan memberinya pendidikan yang baik.”<br /><br />Namun, lagi-lagi kebodohan dan sikap tidak mau tahu yang sering menghalangi!kisbulhttp://www.blogger.com/profile/05581025036418160361noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-1723725132366199408.post-26183442809711212202009-11-24T17:29:00.000-08:002009-11-24T17:32:22.462-08:00bahasa dan sastra indonesiakisbulhttp://www.blogger.com/profile/05581025036418160361noreply@blogger.com0